metropesawat.com, ACEH TIMUR –
Tarif sewa lapak pedagang usaha mikro, kecil, menengah (UMKM), di lapangan pusat pemerintahan Kabupaten Aceh Timur, yang dijadikan lokasi Gebyar Idul Fitri 1446 Hijriah “Mencekik” alias memeras para pedagang.
Pasalnya, tarif yang dipatok panitia ke pedagang sangat fantastis, mulai dari Rp300 sampai dengan Rp 2,5 juta selama 14 hari sejak awal Idul Fitri.
“Saya sewa lapak Rp500.000, ditambah lagi biaya listrik Rp 350.000 per 14 hari,” ungkap seorang ibu pedagang es krim, yang menyewa lapak ukuran 2×2 meter di pintu masuk sebelah barat lapangan.
Tarif ini, katanya, sangat memberatkan pasalnya, harga es yang dijual Rp 5.000 per cup. Sedangkan, modal es krim per kaleng Rp 200.000.
“Mahal tarif sewa lapak kami 900 ribu. Sewa lapak 500, dan tarif sewa listrik 400,” ungkap pedagang es krim lainnya.


Keluhan yang sama juga disampaikan oleh pedagang Bakso, yang mana tarif sewa lapak yang dipungut panitia Rp 2,5 juta per 14 hari.
“Tarif ini sangat memberatkan. Karena hanya beberapa malam saja yang ramai, selebihnya sepi karena hujan,” ungkap pemuda pedagang bakso.
Pedagang mainan mengatakan ia dikenakan tarif sewa lapak Rp 1.000.000.
Pedagang kacang kulit mengaku dikenakan tarif Rp 300.000, pedagang minuman Rp 750.000, pedagang kios mengaku dikenakan tarif Rp500.000.
Pedagang mainan mengatakan ada beberapa panitia yang mengutip tarif sewa lapak jualan ini.
Tokoh masyarakat Aceh Timur, mempertanyakan siapa panitia pengelola tarif sewa lapak di Lapangan Pusat Pemerintahan.
“Apa dasarnya panitia tersebut menetapkan tarif sewa lapak yang memberangkatkan ekonomi pedagang. Siapa pengelolanya, dan kemana uang itu disetor,” tanya tokoh masyarakat tersebut.
Sejak dibukanya Gebyar Idul Fitri, 31 Maret 2025 malam lalu, ada ribuan UMKM yang berjualan di kawasan pusat pemerintahan.
Panitia diperkirakan meraup keuangan ratusan juta rupiah? Pertanyaannya kemana uang yang dipungut ini disetorkan?. (*)