Oleh : Baktiar Husaini
Bencana banjir yang melanda Aceh Timur serta sejumlah daerah di Sumatera Utara dan Sumatera Barat memang membawa dampak besar dan duka mendalam. Namun, bagi masyarakat Aceh, bencana adalah ujian yang harus dihadapi dengan ketabahan (tawakal) dan kerja keras, bukan dengan sikap putus asa, apalagi simbol penyerahan diri.
Belakangan ini, publik dikejutkan oleh pemandangan pengibaran bendera putih di sepanjang jalan nasional. Aksi yang dilakukan oleh kelompok-kelompok tertentu dengan mengatasnamakan masyarakat Aceh ini memicu keresahan dan tafsir beragam.
Bendera putih secara universal dipahami sebagai simbol menyerah (surrender). Mengibarkannya di ruang publik sebagai tanda ketidakmampuan daerah dalam penanggulangan pascabencana berpotensi membangun persepsi keliru: bahwa Aceh telah “bertekuk lutut” pada keadaan.
Persepsi ini jelas berbahaya. Ia tidak hanya merugikan citra daerah, tetapi juga bertentangan secara diametral dengan karakter Bangsa Aceh. Sejarah mencatat, bangsa ini tidak pernah tunduk, pantang dikalahkan, dan selalu mampu bangkit dari kondisi sesulit apa pun.
lanjut baca halaman selanjunya..
