Sebagaimana informasi yang diterima, dari salah satu warga Panton Rayeuk T, Samsul, mengatakan sejak Minggu pagi pukul 05.00 WIB, puluhan warga terutama kaum ibu-ibu terpaksa mengungsi ke kantor Camat Banda Alam, karena udara di tempat tinggal mereka berbau racun yang diduga dari aktivitas perawatan sumur Migas Medco.
Taprang juga menerima kiriman video yang memperlihatkan seorang wanita dipandu dua laki-laki karena lemas tak berdaya akibat muntah darah akibat diduga menghirup udara beracun.
“Nama korban muntah darah, Lenawati Binti Tarmizi,” ungkap Taprang kepada media ini.

Lihat Video Lebih Lengkap Di : https://www.facebook.com/share/v/1BU9TCkYWw/
“Inilah salah satu korban muntah darah diduga akibat menghirup udara beracun di Desa Panton Rayeuk T,” ungkap Muzakkir Zack dalam tayangan video di facebooknya.
Dalam tayangan video yang viral lainnya, seorang pemuda yang juga warga Panton Rayeuk T, yang dipekerjakan sebagai sweeper oleh PT Medco, mengatakan memang ada bau menyengat seperti gas beracun yang muncul di lingkungan Desa Panton Rayeuk T.
“Bau ada, tapi anehnya pada alat detektor gas yang kami gunakan tidak muncul angka. Kami sweeper jaga di pos atas, tapi orang tua saya di rumah sudah sakit akibat terpapar bau ini,” ungkap pemuda tersebut yang menyanggah pernyataan petugas PT Medco di lapangan yang mengatakan tidak ada bau yang muncul.
“Pak kami sakit dada, tenggorokan, bukan hari ini saja tapi sudah sejak tanggal 5 Agustus lalu. Kami pikir pekerjaan pencucian sumur sudah selesai, rupanya Minggu pagi tadi sekitar pukul 05.00 kami keracunan lagi, sehingga anak kamipun tak sanggup pergi ke sekolah karena sakit lemas,” teriak seorang ibu dalam kerumunan pengungsi di kantor Camat Banda Alam, Minggu malam.
“Sementara orang PT Medco tidak percaya, kata mereka tidak ada bau gas beracun. Waktu mereka naik ke desa tidak ada kerja maka tidak ada bau, ketika mereka pulang barulah mereka kerja melakukan pencucian sehingga kami (warga) yang kenak dampak baunya, dipikir orang Medco ini akalan kami supaya ada kompensasi, padahal ini menyangkut nyawa dan keselamatan kami,” ungkap ibu tersebut.
“Kemana orang orang besar (pejabat) di negeri ini. Tolong bantu kami, kami tidak ada lagi tempat mengadu, sudah sering kami hirup gas beracun, tidak tahu kemana mau mengadu lagi. Kami rakyat kecil jangan disiksa lagi, kami mengungsi ini karena sudah tidak tahan lagi dan gak sanggup sakit dada akibat bau gas beracun tersebut,” ungkap ibu tersebut.
“Dalam rapat awal dengan PT Medco saat hendak melakukan pencucian sumur, kami sudah sampaikan bahwa kami tidak perlu uang. Kami perlu diungsikan saja dari desa ini, karena kami tidak tahan lagi dengan bau gas beracun,” tambahnya di depan perangkat desa, Camat dan Kapolsek.
“Mereka rencananya mau kasih Rp 1 juta per KK, untuk apa kami duit satu juta. Jadi waktu duduk rapat itu, kami usulkan agar kami diberikan kompensasi Rp 300 ribu per hari sehingga kami bisa mengungsi sendiri kemana kami mau, tapi mereka tidak sepakati,” ungkap ibu tersebut.
Sementara itu, Camat Banda Alam, dalam pertemuan itu mengatakan aspirasi masyarakat tersebut akan disampaikan kepada pihak PT Medco dan pihak Pemkab Aceh Timur.(*)