Setelah itu, Haji Uma bersama sejumlah geuchik di Kecamatan Darussalam melanjutkan kunjungan ke Rumah Tenun Mutiara Songket di Gampong Krueng Kalee Kecamatan Darussalam. Rumah tenun binaan Bank Indonesia ini telah mendapat bantuan berupa pelatihan, alat, dan bahan baku, namun berdasarkan hasil diskusi dengan pengrajin, pemasaran masih menjadi tantangan.
Menanggapi hal tersebut, Haji Uma mengusulkan sejumlah masukan, salah satunya agar ada outlet khusus di Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) sebagai pusat promosi dan pemasaran produk songket kepada wisatawan yang datang ke Aceh.
“Saya akan membantu memfasilitasi komunikasi dengan pihak Angkasa Pura sebagai pengelola Bandara SIM agar hal ini bisa diwujudkan. Sehingga wisatawan yang masuk ke Aceh bisa mengenal dan memudahkan akses guna membeli produk secara langsung” ungkapnya.
Menurut Haji Uma, pengembangan produksi sutra dan tenun songket bukan hanya berpotensi meningkatkan perekonomian masyarakat dan daerah, tetapi juga menjadi bagian dari pelestarian kerajinan khas Aceh yang dapat mengangkat citra daerah di tingkat nasional maupun internasional.
Untuk itu, dirinya berharap agar pemerintah daerah memberi perhatian dan dukungan secara optimal.
“Oleh karena itu, saya meminta agar pemerintah Aceh dan Pemkab Aceh Besar memberi perhatian serius dan dukungan penuh bagi sektor ini,” tutup Haji Uma.
Laporan: Seni Hendri | reporter metropesawat.com
Editor : Jamadon