Dr. Firman Dandy SE, M.Si dikenal dekat dengan kalangan ulama. Konon, ide maju menjadi bakal calon bupati muncul dari balai pengajian.
Sebagai birokrat yang paham tentang perencanaan pembangunan, sebagai “koki” di jantung anggaran daerah, ia ingin “memasak” sesuai kebutuhan masyarakat Aceh Timur.
Ramai orang bertanya, mengapa Firman Dandy yang punya karir gemilang di pemerintahan, mau meninggalkan zona nyaman dan menanggalkan statusnya sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) maju menjadi balon Bupati Aceh Timur?
Pertanyaan ini sering kali menjadi bahan diskusi di warung-warung kopi bahkan di lingkungan pemerintahan.
Pertanyaan yang sama juga muncul dari para politisi dan pengurus partai politik (Parpol), tidak hanya di Aceh Timur dari juga di Banda Aceh sebagai pusat aktivitas politik dan ibu kota provinsi.
Seperti pada Senin siang, 27 Mei 2024 di Kantor Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Aceh di Gampong Mulia, Kecamatan Kuta Alam, Kota Banda Aceh.
Ketua DPW PPP Aceh Dr. H. Amiruddin Idris, SE, M.Si baru saja ikut sidang di Gedung DPRA, ia bergegas ke DPW PPP, di sana sudah menunggu Sekretaris DPW PPP Aceh H. Ilmiza Saaduddi Djamal MBA bersama pengurus PPP lainnya diantaranya Dr. Fachrul Rizal.
Di sebelahnya duduk Ketua Dewan Pimpian Cabang (DPC) PPP Aceh Timur Tgk Darkasy bersama calon anggota legislatif PPP Aceh Timur terpilih Ismail Jalil, dan mantan Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Kota Langsa Deddy Azwarsyah putra dari mantan Bupati Aceh Timur Azman Usmanuddin, serta beberapa pengurus PPP Aceh Timur. Mereka mengantar Firman Dandy untuk mendaftar ke PPP.
Amiruddin termasuk yang menanyakan hal itu. Mantan Wakil Bupati Bireuen dan Rektor Unversitas Al Muslim ini mengatakan, sampai hari itu DPW PPP Aceh baru menerima pendaftaran satu bakal calon Bupati Aceh Timur, yaitu Firman Dandy.
Firman Dandy mengungkapkan, maju sebagai bakal calon Bupati Aceh Timur bukanlah keputusan yang diambil secara tiba-tiba, tapi sudah dipikirkan lama, menyiapkan diri secara matang hingga menempuh pendidikan Doktor di Program Studi Perencanaan Pembangunan di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (USU), dengan semua itu ia ingin mengabdi untuk membangun Aceh Timur sebagai daerah kelahirannya.
Pria kelahiran Rantau Peureulak, Aceh Timur, 21 November 1977 ini mengungkapkan, ide untuk maju menjadi bakal calon Bupati Aceh Timur justru muncul dari satu balai pengajian ke balai pengajian lainnya sejak tahun 2016, seperti di pengajian Sirul Mubtadin, safari subuh dan Himpunan Ukhwah Arrahmah serta berbagai kegiatan keagamaan lainnya.
“Dari bincang-bincang usai pengajian saya didorong untuk maju, PPP melalui Ketua DPC Aceh Timur Tgk Darkasy merupakan partai pertama yang menyambut keinginan itu,” ungkap Firman Dandy.
Birokrat penerima Serambi Demokrasi Award 2023 sebagai sosok inspiratif peduli kemajuan daerah ini pun mulai menggalang dukungan politik ke berbagai partai.
Direktur Lentera Meuriya Center (LMC) ini bergerak dalam senyap melalui apa yang disebutnya sebagai ilmu “Meulop”. Ia masuk ke berbagai kalangan dan lapisan masyarakat, termasuk ke kalangan mantan kombatan.
Firman Dandy sejak dulu dikenal dekat dengan ulama. Bahkan, ketika mendaftar ke Partai Adil Sejahtera (PAS) Aceh di Batoh, Kecamatan Luengbata, Kota Banda Aceh, Senin, 3 Juni 2024, ia didampingi oleh ulama kharismatik Aceh Teungku H. Abdul Wahab yang dikenal dengan panggilan Abu Wahab Keude Dua.
Firman Dandy dan rombongan diterima oleh Ketua Umum PAS Aceh Tgk H. Tu Bulqaini Tanjongan bersama Sekretaris Majelis Mutasyar Tgk Rasyidin H Ahmad (Waled Nura), Drs. Tgk H Muhammad Daud Hasbi, MA bersama sejumlah pengurus PAS Aceh lainnya.
Tu Bulqaini menilai visi misi dan program Firman Dandy sebagai Balon Bupati Aceh Timur sejalan dengan semangat partai PAS Aceh yang didirikan oleh para ulama. Secara spontan Tu Bulqaini mendoakannya.
“Ya Allah apabila ini bermanfaat untuk agama Islam dan untuk umat Nabi Muhammad SAW di Aceh Timur jadikan ya Allah ia sebagai pemimpin Aceh Timur.”
Tu Bulqaini mengatakan suka dengan figur Firman Dandy karena sudah lama dekat dengan ulama dan kalangan dayah.
Selain itu latar pendidikannya sebagai doktor program studi perencanaan pembangunan, serta pengalamannya sebagai birokrat sangat dibutuhkan untuk pembangunan daerah.
Begitu juga dengan Sekretaris Majelis Mutasyar Partai PAS Aceh Tgk Rasyidin H Ahmad. Ulama Aceh yang sering disapa Waled Nura ini menilai visi Aceh Timur Beribadah dan Aceh Timur Meusaneut yang diusung Firman Dandy sangat bangus untuk pengembangan ekonomi di Aceh Timur.
Waled Nura juga mengapresiasi langkah Firman Dandy yang keluar dari zona nyaman sebagai ASN untuk maju mencalonkan diri sebagai Bupati Aceh Timur.
“Semoga langkah Firman Dandy mendapat berkah. Kami yakin dengan Firman Dandy, tinggal kami meyakinkan Abu-Abu untuk memutuskannya dalam waktu dekat. Semoga hajat baik kita ini dimudahkan oleh Allah,” kata Waled Nura.
Hal yang sama juga disampaikan mantan Bupati Bireuen Dr. H. Muzakkar A Gani, SH, M.Si saat Firman Dandy mengikuti fit and proper test di DPD Demokrat Aceh, 31 Mei 2024. “Kalau semua calon Bupati seperti Pak Firman Dandy maka beres Aceh ini,” pujinya.
Begitu juga dengan Sekretaris DPD Gerindra Aceh, Drs. H Abdurrahman Ahmad setelah mendengar pemaparan visi dan misi Dr Firman Dandy di DPD Gerindra pada Sabtu, 11 Mei 2024.
“Kami senang mendengar pemaparan visi misi Dr. Firman Dandy dan profilnya juga sangat komplit, kita butuh orang seperti beliau yang paham perencanaan pembangunan daerah,” pujinya lagi.
Pujian senada disampaikan Sekretaris Tim Penjaringan Calon Kepala Daerah DPD Gerindra Aceh, Mahfudz Y Loethan. Ia menuturkan, secara riwayat Firman Dandy punya latar belakang pendidikan yang bagus di bidang perencanaan pembangunan daerah, secara karir di pemerintahan juga cemerlang.
“Beliau berani keluar dari zona nyaman untuk menjadi calon kepala daerah, ini sesuatu yang luar biasa,” ucap Mahfudz.
Bagi Firman Dandy politik terutama terkait pemilihan kepala daerah (Pilkada) merupakan pesta demokrasi, ajang lima tahunan pergantian kekuasaan, yang semua itu harus dijalani dengan cara-cara yang baik, damai, santun dan bermartabat.
Hal itu pula yang ditunjukkannya pada Sabtu, 1 Juni 2024 di Kantor DPW NasDem Aceh di Banda Aceh. Hari itu ia bersama Ridwan Abubakar alias Nektu yang juga balon Bupati Aceh Timur, sama-sama menghadiri sosialisasi mekanisme survei yang menjadi menjadi salah satu persyaran di partai NasDem.
Firman Dandy menuturkan bahwa dirinya punya hubungan baik dengan Nektu dan para mantan kombatan di Aceh Timur. Pengalamannya selama 20 tahun sebagai birokrat di bidang anggaran, membuat saya punya hubungan baik dan berinteraksi dengan semua anggota DPRK di Kabupaten Aceh Timur selama empat periode, termasuk dengan anggota DPRK dari kalangan mantan kombatan.
“Hubungan baik yang penuh harmonis ini terus kami jaga dan rawat. Soal Pilkada 2024, ini hanya kontestasi politik lima tahunan sebagai bagian dari demokrasi memilih pemimpin daerah untuk membangun Aceh Timur menjadi lebih baik. Dan saya menyatakan sudah siap untuk itu,” tegasnya.
Kembali ke pertanyaan awal; mengapa Firman Dandy mau keluar dari zona nyaman tersebut? Sebagai birokrat yang lebih 20 tahun bekerja di bidang perencanaan pembangunan daerah, Firman Dandy boleh dibilang merupakan “koki” di jantung pemerintahan yang memasak berbagai menu pembangunan daerah. Ia paham betul apa saja kebutuhan masyarakat Aceh Timur di setiap wilayah.
“Anggaran itu jantungnya pembangunan daerah. Keilmuan dan pengalaman saya akan saya gunakan untuk pembangunan daerah. Selama ini saya hanya menerima perintah pimpinan dalam menyusun anggara,” ungkap Firman Dandy.
“Saya yang masak, tapi saya tidak bisa menentukan menu apa yang inngin saya masak. Ke depan kalau Allah izinkan saya jadi kepala daerah, maka saya akan bisa memasak menu apa yang diinginkan oleh masyarakat Aceh Timur dalam setiap program pembangunan daerah,” ucap Firman Dandy.
Firman Dandy punya visi besar untuk mewujudkan Aceh Timur yang BERIBADAH, yaitu Berilmu, Cerdas, Islami, Bahagia, Damai, dan Baraqah di 2024-2029 sebagai pondasi kuat mencapai cita-cita besar Aceh Timur Meusaneut (ATM) di tahun 2045.
Ketua Ikatan Alumni Universitas Samudera (IKA Unsam) ini ingin membangun Aceh Timur dengan bersendikan Syariat Islam yang Rahmatan Lil Alamin.
Hal itu akan dilakukan dengan memperkuat pendidikan nonformil berbasis dayah, dengan memfasilitasi metode entrepreneur bagi guru-guru pengajian.
“Peran ulama juga akan kita maksimalkan dalam setiap pengambilan kebijakan daerah, karena ulama dan umara sejatinya bagai dua sisi koin yang tidak bisa dipisahkan,” tambah Firman Dandy yang juga Penasehat Himpunan Ukhwah Arrahmah (HUA) Aceh Timur.
Di bidang pemerintahan, Firman Dandy akan berupaya mewujudkan pemerintahan yang profesional, berkeadilan, melayani, bersih, terpercaya, efektif dan efisien, serta merangkul semua kalangan.
Visi lainnya adalah mewujudkan percepatan pemenuhan standar pelayanan minimal yang berkaitan dengan pelayanan dasar bidang pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum dan penataan ruang, perumahan rakyat dan kawasan pemukiman, ketentraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat serta sosial.
Pembangunan sumber daya manusia seutuhnya juga akan dilakukan dengan konsep sinkronisasi pendidikan umum, pendidikan berbasis dayah, pendidikan dan pelatihan vokasi, peningkatan prestasi olahraga, kesetaraan gender serta penguatan peran perempuan, penguatan peran pemuda dan penyandang disabilitas.
Pembangunan ekonomi Aceh Timur akan difokuskan pada 7 kekuatan, mulai dari pemanfaatan sumber daya alam yang dihilirisasi dan diindustrialisasi; ketahanan pangan; seni budaya dan ekonomi kreatif; pariwisata halal, pemberdayaan koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), entrepreneurship; serta dan digital ekonomi.
Begitu juga dengan pengentasan kemiskinan akan dilakukan dengan pola terpadu dan terintegrasi melalui pembangunan sistem pertanian yang memanfaatkan keterkaitan antara tanaman pangan, peternakan dan perikanan yang bersahabat dan selaras dengan alam.
“Kita akan menjadikan Aceh Timur sebagai tempat orang kaya berbakti, orang miskin bisa mencari rezeki,” demikian pungkas Penasehat Persatuan Wartawan Aceh Timur (Pesawat) tersebut.