Para penyuluh mempraktikkan langsung pembuatan ekoenzim menggunakan bahan alami seperti 1 kilogram gula merah, kulit buah dan sayur segar, serta 7 liter air. Proses fermentasi ini memerlukan waktu sekitar tiga bulan di ruang tertutup hingga mengeluarkan aroma khas seperti bau tape—tanda keberhasilan fermentasi.
Antusiasme peserta tampak tinggi sepanjang kegiatan. Selain mempelajari teknik pembuatan ekoenzim, para penyuluh juga berdiskusi aktif mengenai kode etik profesi, khususnya pentingnya ketelitian dalam pengelolaan administrasi dan penyusunan Evident SKP, agar tidak disalahgunakan atau dipolitisasi untuk kepentingan pribadi.
Menutup kegiatan, Ibu Tajul Hidayat, S.S., M.H. menyampaikan apresiasi atas dedikasi dan kinerja para penyuluh pertanian lapangan.
“ Di era efisiensi anggaran, saya mengajak seluruh penyuluh untuk tetap semangat menjadi penyuluh tangguh dan jaya. Terus tingkatkan penguatan kelembagaan di tingkat gampong dan kecamatan, serta bangun konsolidasi dengan Babinsa dalam mendukung ketahanan pangan daerah dan nasional,” tegasnya.
Beliau juga mengingatkan pentingnya menjaga integritas dan menjauhi praktik pungutan liar (pungli) dalam pelaksanaan tugas.
“ Mari kita sukseskan program penyuluhan dengan penuh tanggung jawab dan keikhlasan. Jika ada indikasi pungli atau penyalahgunaan wewenang, segera laporkan kepada pihak berwenang. Tiga bulan ke depan menjadi masa penting untuk memastikan perubahan status penyuluh lapangan berjalan bersih, transparan, dan bermartabat,” ujarnya.
Kegiatan yang berlangsung aktif dan produktif ini ditutup dengan komitmen bersama untuk terus meningkatkan profesionalitas, kesejahteraan petani, serta keberkahan kinerja penyuluhan pertanian di Kabupaten Aceh Timur.
Penulis : Yuni | reporter metropesawat.Com
Editor. : Jamadon